HUMAS-Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISBA, Dr. Erhamwilda, Dra.,M.Pd, diundang menjadi pembicara pada event penting Kabupaten Bandung Tahun 2022. Acara tersebut merupakan kegiatan Bimbingan Teknis Penilaian Anugerah Parahita Ekapraya (APE) Tingkat Nasional bagi kabupaten Bandung yang dilaksanakan pada Senin, 21 November 2022 di Hotel Mercure Nexa Supratman, Bandung. Selaku Ketua Forum Komunikasi Kajian Gender dan Anak, Dr. Erhamwilda, Dra.,M.Pd diundang untuk menyajikan materi mengenai APE yang kaitannya dengan pencapaian pembangunan pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di pusat dan daerah. Bimtek tersebut dilaksanakan sebagai salah satu upaya persiapan Kabupaten Bandung menyambut kegiatan penilaian APE Tahun 2022 yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada kementerian, lembaga serta pemerintah daerah atas pelaksanaan pembangunan yang menjamin kesetaraan dan keadilan gender.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Erhamwilda, Dra.,M.Pd menyampaikan secara detail mengenai seluk beluk APE hingga indikator penilaian APE. Dr. Erhamwilda, Dra.,M.Pd menuturkan bahwa “indikator prasyarat APE diantaranya adalah pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG), pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan pelaksanaan pemenuhan hak dan perlindungan anak.” Oleh karena itu, sebetulnya tujuan diadakan APE ini merupakan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan PPRG mulai tahap persiapan (input), pelaksanaan (proses), keluaran (output) dan hasil (outcomes) yang dicapai serta hambatan yang dihadapi. Berdasarkan penuturan Dr. Erhamwilda, Dra.,M.Pd, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah khususnya kabupaten bandung perlu melakukan identifikasi isu-isu gender, merancang strategi dalam mengintegrasikan gender dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, Monev kebijakan, program kegiatan pembangunan hingga mencapai Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) yang ideal. “Indikator PPRG yang ideal diantaranya perencanaan yang partisipatif dengan memenuhi 4 aspek (akses, partisipasi, control dan manfaat yang setara bagi laki-laki dan perempuan), mengintegrasikan aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan laki-laki dan perempuan ke dalam PUG, Didasarkan pada hasil analisis gender berbasis Gap, penyusunan program aksi yang mengatasi kesenjangan gender” tuturnya sebelum menutup materi.