Bismillah
PERCIKAN AL-QUR’AN (1)
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (26) يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (29)
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata,” Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesaatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku.” QS. al Haqqah 25-29
Faidah :
Kelak di hari perhitungan amal, ada kegentaran yang dahsyat pada orang-orang yang lalai dan abai terhadap iman dan keshalihan. Mereka adalah orang-orang berharta, mereka adalah orang-orang yang mempunyai kuasa, namun terpesona dan larut oleh apa yang ada dalam genggamannya.
Kelimpahan hartanya tidak membuatnya menjadi penderma dan pembebas kesusahan orang lain, kekuasaan yang dipegangnya tidak menjadikannya wasilah keadilan dan kesejahteraan orang banyak.
Maka ketika audit keshalihan dilakukan, catatan amalnya diterimanya dengan tangan kiri. Simbolisme aib, cacat cela, permaluan dan kehinaan. Juga isyarat kecelakaan yang akan tiba kemudian. Gentar, resah dan ketakutan melanda tak tertahankan. Penyesalan datang bertubi gelombang demi gelombang:
Sekiranya segala amal perbuatan kemarin tak diperhitungkan, seandainya tidak ada perhitungan di hari ini, sekiranya tidak abai akan adanya akhirat ini, seumpama saja tidak begini jadinya; entah nasib buruk apa yang sedang menanti kini. Padahal cukuplah sudah kematian sebagai akhir segalanya. Semua selesai saat maut terjadi, namun rupanya tidak begitu. Harta tak menolong dan meringankan sama sekali, kekuasaan sirna tak bermanfaat apa-apa.
Semoga Allah meringankan hisab kita kelak di yaumil jaza’. Semoga Allah mudahkan kita menebar kebaikan lantaran harta, kekuatan dan kekuasaan. Aamiin??* – AAF