KOMHUMAS-Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Bandung (Prodi PAI FTK Unisba) menyelenggarakan webinar Internasional pertamanya dengan topik “Islamic Education in Southeas Asia” yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom Meeting, Rabu (20/07/2022).
Webinar ini diikuti 102 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei, serta dibuka oleh Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H. Rektor menyampaikan ucapan terimakasih dan pujian kepada panitia penyelenggara yang telah berhasil menyelenggarakan International Conference ini.
Narasumber pada seminar ini merupakan pemateri yang mumpuni di bidangnya antara lain, Prof Dato’ Dr. Ab Halim Tamuri dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Assoc. Prof. Gamal Abdul Nasir Zakaria dari Universiti Brunei Darussalam, dan Dr. H. Aep Saepudin, Drs., M.Ag dari Universitas Islam Bandung.
Narasumber pertama adalah Prof Ab Halim menjelaskan, penerapan pembelajaran pendidikan Islam di Asia Tenggara terdiri dari dua kluster yakni pendidikan Islam sebagai sebuah subjek dan Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem.
Pada Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem, ia menegaskan tantangan yang dihadapi dalam upaya implementasi sistem pendidikan adalah adanya pemisahan antara sains dan ilmu agama. Menurutnya, hal tersebut perlu dikritisi karena al-Qur’an sebagai buku petunjuk, tidak hanya memberikan informasi mengenai ajaran agama saja, akan tetapi berisikan bukti penciptaan langit dan bumi, ilmu matematika, biologi, fisika, geografi bahkan sejarah.
Prof Ab Halim menekankan, tujuan akhir dari pembelajaran yang mengintegrasikan agama dan sains adalah meng-esa-kan Allah. Adapun upaya untuk mengintegrasikan pengetahuan di Perguruan Tinggi, diantaranya mengimplementasikan gagasan pengetahuan Islam, menggabungkan pedagogi dan pengetahuan tradisional dan kontemporer; mengembangkan standar pendidikan pengetahuan tradisional Islam; Mengembangkan kualitas akademik dan sarjanawan; mengembangkan kurikulum tradisional atau kajian tradisonal yang maju di perguruan tinggi dengan kecanggihan teknologi; memperkuat kajian post-graduate, penelitian dan kolaborasi; dan meningkatkan publikasi dan riset di bidang integrasi pendidikan Islam dan sains.
Pemateri kedua Dekan FTK Unisba, Aep Saepudin, memaparkan, tantangan pendidikan Islam di masa kini adalah perkembangan sains dan teknologi, demokratisasi dan dekadensi moral. “Permasalahan ini perlu diatasi dengan membangun kualitas pendidikan di tengah kehidupan global yang sangat kompetitif. Dengan demikian perlu adanya elemen-elemen pendukung yaitu sumber kualitas pendidikan, dana yang memadai, dan lingkungan sosial yang kondusif.” Ujarnya.
Narasumber terakhir Prof Gamal. Ia menggambarkan kurikulum Brunei yang disebut dengan Model kurikulum SPN 21. Model tersebut menurutnya, mendeskripsikan bahwa dalam pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilannya, pelajar harus berdasarkan pada Melayu Islam Beraja, kemahiran berfikir, literasi digitas, keusahawanan, program kemahiran masyarakat dan aktiviti kurikulum. Adapun posisi pendidikan Islam disamakan dengan subjek lain seperti sains, bahasa, matematika, dan lain-lain.
Prof. Gamal menambahkan, di Brunei guru harus meningkatkan kreativitas, inovasi dan kompetensi pada proses pembelajaran, siap menghadapi perubahan revolusi industry 4.0, serta memanfaatkan kecanggihan teknologi. Hal ini memurutnya. untuk mecapai visi pendidikan dalam ‘Brunei Vision 2035’ yaitu ‘the accomplishment of its well-educated and highly skilled people’. “Upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut terletak pada kualitas gurunya,” ujarnya.***